Norifumi Suzuki dan istrinya, Tomoe, tinggal di blok tiga kota Yuuhi bersama anak mereka yang masih SD, Ippei. Bertahun-tahun mengumpulkan uang, akhirnya mereka bisa membangun sebuah bengkel kecil bernama "Suzuki Auto". Selain mereka, banyak keluarga lain yang juga tinggal di blok tiga kota Yuuhi. Siapa aja sih? Ayo kita temui satu persatu...
Benar saja, di volume 1 kita diperkenalkan dengan para penghuni blok tiga kota Yuuhi. Berbagai kisah hidup mereka diceritakan secara singkat, padat, cenderung datar. Tidak ada kemunculan prince charming dengan bunga-bunga dan cahaya menyilaukan. Tidak ada pula adegan burung gagak lewat di antara suasana yang mendadak sunyi-kikuk *grin*
Salah satu kisah di volume 1 ini adalah "Di Bawah Pohon Sakura". Tentang kenangan di bawah pohon sakura, tempat Tomoe menanti kekasihnya yang pergi berperang tapi tidak kunjung pulang. Akhirnya Tomoe menikah dengan Norifumi Suzuki, punya anak yaitu Ippei. Suatu hari Norifumi mengajak keluarganya piknik melihat sakura dan di sana ia bercerita kepada Ippei bahwa ia dan Tomoe bisa menikah karena sering berpapasan di bawah pohon sakura tsb. Tomoe hanya tersenyum, karena yang dinantinya bukanlah Suzuki melainkan kekasihnya yang tidak kunjung pulang, Nobuo. Yang lebih menghentakkan hati adalah beberapa tahun sebelumnya ketika Ippei masih kecil, Tomoe pernah tak sengaja bertemu dengan Nobou yang disangka telah mati, di bawah pohon sakura itu juga. Mereka asik bercakap-cakap sampai tidak menyadari Ippei memanjat pohon sakura tsb dan jatuh. Tomoe merasa bersalah. Nobuo membantu mengantarkan Ippei ke rumah sakit dan di sanalah ia bertemu dengan Norifumi. Selanjutnya suami Tomoe hanya mengenal Nonuo sebagai pria baik hati yang menyelamatkan anaknya. Itulah arti dari senyuman Tomoe.
Kinda sad, huh? Dan komik ini kaya akan berbagai hal. Ada kisah tentang adik-kakak kembar yang ternyata bukan saudara kandung, penulis yang belum berhasil mendapat penghargaan Akutagawa, seorang anak perempuan yang merasa sedih di hari Ibu karena terpaksa memakai bunga anyelir putih (tanda bahwa ibunya telah meninggal. Sedang yang masih punya ibu memakai anyelir merah), anak kaya manja yang jatuh miskin dan terpaksa pindah ke rumah yang lebuh kecil, dan masih banyak lagi.