"Ren Ooba, ketua OSIS yang di takuti oleh seluruh murid karena selalu mengeluarkan kata-kata kasar, sebenarnya memiliki hati yan baik. Hingga suatu hari, Dewa Kematian yang mengetahui sisa hidup Ren merasuki tubuhnya dan memulai 'Exposing Game' dengan membongkar semua isi hati Ren yang sebenarnya".
Tokoh utama komik ini adalah Ren Ooba, ketua OSIS yang galak, keras dan tegas sampai-sampai disegani oleh anggota lainnya. Walaupun bersikap seperti itu sebenarnya Ren bermaksud baik hanya saja dia tidak bisa menyampaikan dengan cara halus. Seorang Dewa Kematian tertarik dan ingin bermain-main dengannya karena sisa hidup Ren yang tinggal beberapa hari. Tubuh Ren dimasuki Dewa Kematian dan tiba-tiba isi hatinya yang selama ini dipendam keluar dari mulutnya. Biasanya Ren bicara dengan kasar mendadak bicara dengan gaya lebih feminim. Masaoka, wakil ketua OSIS adalah orang yang pertama kali melihat perubahan pada diri Ren. Dia tidak menyangka dibalik kata-kata kasar ada sisi yang manis pada diri Ren.
Kejadian memalukan ini membuat Ren marah-marah kepada Dewa Kematian. Tapi akhirnya hati Ren luluh mendengar alasan Dewa Kematian yang merasa kesepian dan ingin mempunyai teman ngobrol. Ren pun memberi nama Ai kepada Dewa Kematian.
Besoknya Ren tetap saja spontan bicara dengan gaya feminim dan itu membuat heboh siswa lainnya. Siswa-siswa yang biasa dengan kekasaran Ren langsung melarikan diri karena takut dengan perubahan diri Ren yang dianggap sebagai jebakan. Sementara itu Ai hadir dalam tubuh manusia dan ikut ke sekolah bersama Ren. Kedekatan antara Ren dan Ai membawa perubahan pada diri Ai. Dia jadi menyukai saat-saat bersama Ren dan takut kehilangannya. Sampai-sampai Ai mengubah waktu kematian Ren menjadi mundur dari yang sudah ditentukan.
Cerita dalam komik ini lumayan menghibur dengan beberapa kelucuan. Kisah Dewa Kematian yang jatuh cinta kepada manusia. Di jilid 2 ada tambahan cerita yaitu 0.3 Second Lunch yang juga menghibur. Bercerita tentang Kotowari, seorang pemburu iblis yang jatuh cinta kepada iblis mimpi bernama Rita.