Wanderlust menceritakan seorang wanita modern, Kate Bogart hidup nomaden
karena pekerjaannya sebagai penulis kolom perjalanan di salah satu
koran New York, rubrik Wish You Were Here. Salah satu kolom wisata yang
menuntut Kate berkeliling dunia. Malam ini dia di Perancis keesokan
paginya ia sudah tiba di London.
Diantara kesibukannya, Kate
rutin mengirim email pada Ibunya yang gila judi, merecoki sahabatnya
agar mau mengurus apartemen dan kucing kesangannya, editornya Ted
Concannon, dan mantan suaminya si manusia super tampan, Jack McTavish
yang suka hidup di hutan seperti tarzan. Mereka berpisah karena Jack
berusaha menyeretnya ke Himalaya sementara Kate bersaha menariknya ke
spa atau mengunjungi opera dan museum.
Kate berusaha
mempertahankan status bercerainya dengan Jack, gaya hidupnya di antara
continental breakfast, room service, dan frequent flyer memudahkannya
menjauh dari Jack. Dan ia tak kekurangan teman kencan selama berpergian.
Editornya,
Ted memberikan alamat email pribadinya pada seorang mantan wartawan
perang dari Inggris Miles Maxwell yang beralih profesi menjadi penulis
perjalanan wisata freelance. Dan sejak itulah Maxwell memasuki kehidupan
Kate.
Kate mulai berkencan dengan Maxwell yang gentleman sejati,
disaat yang sama Jack mantan suaminya yang super ganteng itu mengajak
rujuk kembali. Antara perasaan yang mulai tumbuh untuk Maxwell dan cinta
lama kepada Jack, Kate memutuskan menduakan mereka dengan seizin
ibunya.
Banyak sekali perkembangan yang tak terduga muncul. Mulai
dari Ted yang yang mulai merasa nyaman dengan apartemen Kate setelah
diusir oleh istrinya yang lesbian, lamaran Jack, munculnya tunangan
Maxwell, dan hubungan Ted dengan ibunya, dan kemunculan ayahnya yang tak
disangka-sangka. Kate yang semula nyaman dengan kehidupannya yang
mandiri dalam kesendirian mulai kelabakan. Belakangan ia merasa kesepian
yang amat sangat.
Mulanya saya kecewa sekali begitu membuka bab
pertama dan melihat novel ini ditulis dengan gaya tulisan email dan
berlanjut sampai bab terakhir. Saya tak terlalu suka dengan gaya
penulisan yang seperti ini. Jadinya novel ini berakhir menginap di
lemari buku saya selama beberapa minggu tanpa saya baca sama sekali.
Liburan
semester telah tiba, dan saya menyadari saya tidak mempunyai recana
satupun untuk melewati hari-hari liburan yang cuma seminggu ini. Mulanya
saya meminjam beberapa chicklit di rentalan, banyak sekali chicklit
menarik yang terlewatkan untuk di review. Namun keuangan mulai menipis
karena tidak adanya kucuran dana selama liburan. Saya mulai melirik
lemari buku demi melihat novel-novel favorit saya untuk dibaca ulang.
Dan disitulah saya menemukan beberapa novel yang belum sempat saya baca,
dalam artian malas saya baca.
Pada awal saya membaca bab awal
saya agak sedikit bingung dengan gaya penulisan dengan email seperti ini
dan terpaksa harus mengulangi membaca beberapa paragraf awal agar dapat
memahami jalan cerita yang terjalin. Setelah mulai terbiasa dengan gaya
penulisannya, saya mulai masuk kedalam cerita. Benar-benar menarik.
Naskah yang menggambarkan keseharian wanita yang bepergian keberbagai
penjuru dunia. Cerita-cerita menarik yang secara teratur dilaporkan
melalui email. Dan saya juga melihat rumitnya berhubungan jarak jauh.
Teknologi disini jelas terlihat sangat berperan dan penting
keberadaannya bagi semua orang di seluruh dunia.
Di pertengahan
cerita saya mulai merasa jemu karena jalan cerita yang tak berkesudahan
mengenai hubungan Kate dengan Jack dan Maxwell. Kate yang lemah jiak
berhubungan dengan pria jelas membuat alur menjadi lambat dan membuat
saya beberapa kali menelantarkan novel karena bosan dengan alur yang
tidak jelas dan tidak tertebak, saya tidak mendapatkan clue mengenai
ending ceritanya sama sekali Namun, ketika berada pada akhir cerita,
tiba-tiba perkembanagan cerita berjalan begitu cepat.
Dan yang
paling mengejutkan adalah ending cerita yang manis karena saya tidak
memiliki bayangan mengenai hal tersebut sama sekali pada mulanya. Disini
saya mengerti kenapa penulis memilih gaya penulsian email seperti ini,
karena inilah gaya paling tepat untuk kisah mengenai seseorang yang
hidup nomaden. Mereka yang hidup berpindah-pindah perlu berkomunikasi
pada orang lain yang menetap untuk menstabilkan dunianya atau sebagai
media refleksi. Karena dunianya berjalan begitu cepat, perlu seseorang
sebagai penyeimbang yang mengikuti perkembangan dunia secara kontinu,
contohnya ibu dan sahabatnya. Email merupakan media paling efisien, baik
dari segi waktu dan ruang serta keekonomisannya. Dan saya pun berhenti
mengeluh dan berbalik kagum karena Chris mampu merangkai cerita dengan
gaya penulisan seperti ini dan hasilnya memuaskan. Saya kira 4 bintang
layak diberikan untuk novel ini