Di jilid 2 mengangkat tema mengenai “perasaan bersalah”. Di sini Nakoshi bercerita mengenai “rasa bersalah” yang dia “bawa-bawa” dari kecil hingga dewasa. Ceritanya Susumu tidak sengaja berurusan dengan seorang bos yakuza yang sering memotong kelingking orang. Lalu ada suatu adegan dimana Nakoshi bercerita mengenai rasa bersalah yang dia miliki. Dulu, waktu bermain skateboard dengan teman masa kecilnya, tidak sengaja Nakoshi mendorong temannya hingga jatuh.
Ketika temannya jatuh, kaki kanannya terlindas truk. Sejak saat itu temannya tidak bisa berjalan dengan baik. Sedangkan, bos yakuza itu sendiri dulu waktu kecil saat memangkas tanaman di sawah bersama temannya, tidak sengaja kelingking temannya itu terpotong sabit. Persamaan Nakoshi dan si bos yakuza itu kedua-duanya tidak sengaja dan tidak tahu bagaimana mengekspresikan maaf sehingga ada perasaan bersalah yang terus terbawa. Ini kutipan dari penuturan Nakoshi dan bos yakuza:
“Perasaan menyesal dan bersalah tiap hari terus menekan diriku. Untuk menghindar dari perasaan menjijikkan yang bagai lumpur kotor itu aku menjadi yakin dan mampu melukai orang lain. Sebagai buktinya aku hanya bisa menutupi dan menyembunyikan rasa bersalah itu. Sejak saat itu, aku telah melukai banyak orang. Aku nggak lagi berteman atau sejenisnya. Nggak menyesal, dan nggak akan memeluk perasaan bersalah kembali. Isolasi ini yang kuinginkan sendiri.”
Mungkin setiap orang pernah memikul rasa bersalah terutama rasa bersalah akibat mencelakakan orang lain.. termasuk saya. Dan itu rasanya sangat tidak enak sekali. Kita jadi merasa tidak enakan sama-yang-bersangkutan terus awkward moment deh.
Anyway, bagi yang suka manga psikologis saya menganjurkan membaca ini. Terkadang memang banyak penjelasan rumit yang tidak dimengerti oleh orang yang IQnya tidak sampe kayak saya hehe.., tapi bacanya tetap asyik soalnya artwork nya itu real dan kereeen.
